Polemik ChatGPT di Dunia Perkuliahan | Isbroad - Memberi Wawasan Memajukan Peradaban

Polemik ChatGPT di Dunia Perkuliahan


Pada akhir tahun 2022, OpenAI merilis ChatGPT, sebuah chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) yang telah menunjukkan manfaatnya dalam berbagai industri dalam waktu singkat. ChatGPT dapat digunakan untuk pekerjaan seperti copywriting, penulisan laporan berita, customer service, dan dokumen legal. 

Fenomena ini mencerminkan peningkatan kesadaran dan pemanfaatan teknologi di dunia nyata, yang akan mempengaruhi mahasiswa dan akademisi di masa depan. Pekerjaan yang repetitif dan membutuhkan sedikit intervensi manusia kemungkinan akan digantikan oleh AI. 
 
ChatGPT adalah model AI berbasis percakapan/dialog yang menggunakan teknik deep learning. Ia dapat menghasilkan pola kata berdasarkan pembelajaran dari sejumlah besar teks yang telah diberikan ke mesinnya. OpenAI menggunakan data sekitar 600GB yang berasal dari buku, Wikipedia, dan internet. Dengan instruksi yang memadai, ChatGPT bahkan dapat memproduksi abstrak makalah ilmiah fiktif. 

Penggunaan ChatGPT di perguruan tinggi memiliki polemik. Meskipun memiliki manfaat, beberapa dosen khawatir bahwa mesin ini dapat menggantikan pekerjaan manusia. Mahasiswa juga dapat memanfaatkannya untuk mengerjakan tugas akademik, dan peneliti dapat mengarang teks ilmiah tanpa terdeteksi oleh alat pendeteksi tulisan yang dibuat oleh AI atau peer reviewer. 

Meskipun penggunaan tulisan dari ChatGPT tidak secara langsung dikategorikan sebagai plagiarisme, universitas perlu memperbarui kebijakan integritas akademik dan menginformasikan hal ini kepada dosen dan mahasiswa. Meskipun ChatGPT memiliki keterbatasan, seperti potensi adanya bias dalam data yang digunakan dan inkonsistensi dalam penyampaian fakta, penggunaannya masih menimbulkan opini yang beragam di dunia akademik. Beberapa menentang penggunaan ChatGPT dengan keras, sementara yang lain mengusulkan integrasi ChatGPT dalam kurikulum pembelajaran sebagai alat bantu. 

Perguruan tinggi perlu mengambil langkah-langkah tertentu dalam menanggapi penggunaan ChatGPT. Mereka perlu menentukan batasan etika penggunaannya dan mempertimbangkan apakah penggunaannya perlu dibatasi atau diatur dengan persyaratan tertentu. Pembelajaran perlu berfokus pada proses dan kemampuan berpikir kritis yang asli, sambil memanfaatkan kelebihan ChatGPT dalam memberikan bantuan dalam riset dan penulisan. 

Perguruan tinggi juga perlu terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan memikirkan metode pengajaran yang menekankan kemampuan individu, baik kognitif maupun afektif. Mereka juga harus memilih langkah-langkah yang bijaksana untuk masa depan, mengingat pengaruh pengetahuan dan nilai-nilai lulusan terhadap perkembangan teknologi dan masyarakat.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo