Belajar Idealisme dari Sahabat Nabi Muhammad SAW | Isbroad - Memberi Wawasan Memajukan Peradaban

Belajar Idealisme dari Sahabat Nabi Muhammad SAW

 

Sumber: bondowoso.jatimnetwork.com

Selamat malam untuk teman-teman semuanya. Semoga selalu sehat jasmani dan ruhani, ya. Tulisan kali ini akan sedikit mengulas bagaimana kondisi orang-orang muslim pada awal masa kenabian. Malam ini saya ingin mengajak kalian semua untuk melakukan refleksi, tafakkur, dan kontemplasi diri kita dan bagaimana keadaan kita dalam beragama. 

Dahulu, Utsman bin Affan pernah digulung oleh pamannya di dalam tikar yang terbuat dari daun kurma, kemudian daun tersebut diasapi dari bawah oleh pamannya. 

Mush'ab bin Umair, ketika berita keislamannya terdengar oleh Ibunya, beliau diusir dari rumahnya dan dibiarkan menderita kelaparan, padahal beliau sebelumnya tergolong orang yang berkecukupan. Eksesnya, kulitnya menjadi bersisik layaknya kulit ular. 

Nah ini yang lebih gila penyiksaannya, ya siapa lagi, salah satu sosok yang dirindukan Rasulullah, Bilal bin Rabbah. Leher Bilal pernah diikat oleh tali, lalu tali tersebut ditarik keliling sepanjang perbukitan Makkah. Beliau juga pernah didera dengan tongkat, dipaksa duduk di bawah terik matahari, dan puncaknya ialah ketika beliau dilemparkan di tanah lapang yang berkerikil, setelahnya diletakkannya baru besar pada bagian dadanya. 

Khabbab bin al-Arat, budak milik Ummi Anmar binti Siba'. Beliau pernah dijambak rambutnya dengan sangat keras, lehernya ditarik dengan kasar, lalu dilemparkannya ke dalam api yang membara, sampai-sampai api tersebut padam disebabkan lemak yang meleleh dari punggungnya. 

Begitu terjal dan berliku cobaan (ujian) yang dihadapi oleh Muslim kala itu. Namun orang-orang yang memiliki prinsip hidup yang kokoh, idealisme yang mengakar, mereka tak akan pernah gentar dengan banyaknya ujian. 

Idealisme merupakan senjata pamungkas dalam kehidupan manusia. Semua orang memiliki idealisme. Ada yang kuat dalam menjaganya, ada yang mudah rapuh lalu jatuh, dan ada pula yang menggantungkan idealismenya kepada orang lain. Ucap Joko Yulianto dalam bukunya "KAUM MINOR".

Kejadian fenomenal tersebut menjadi sebuah stimulus bagi kita semua untuk melakukan eskalasi iman, dan dengan itulah kita bisa melakukan kegiatan preventif agar tidak terjadi adanya depresiasi (kemerosotan nilai) diri kita dan cara beragama kita.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo