Belajar Tidak Lagi Jadi Beban dengan Romantisasi | Isbroad - Memberi Wawasan Memajukan Peradaban

Belajar Tidak Lagi Jadi Beban dengan Romantisasi



Bandung, Isbroad.com - Kegiatan belajar pada tiap jenjang pendidikan selalu meninggalkan kenangan tertentu. Entah itu merupakan kenangan yang manis ataupun pahit. Sebagian besar pelajar mengaku dihantui oleh kenangan belajar yang terasa asam, pahit, bahkan kecut. Rasa-rasa itu muncul karena sebagian besar dari mereka menganggap kegiatan belajar sebagai beban berat yang harus mereka pikul selama menjalani pendidikan.

Bagi sebagian pelajar, kegiatan belajar mandiri atau self directed learning terasa seperti dituntut untuk membangun seribu candi dalam semalam. Padahal, dalam kegiatan belajar secara mandiri, individu memiliki hak otonom untuk mengelola pembelajarannya sendiri yang berarti tidak ada paksaan untuk melakukan pembelajaran secara tertentu.

Kuncinya adalah bagaimana individu harus menemukan metode pembelajaran yang tepat agar dapat membuat kegiatan pembelajarannya terasa menyenangkan. Maka dari itu perlu ditemukan sebuah cara ampuh bagi individu secara umum atau para pelajar untuk mengatasi rasa malas dan rasa tidak suka terhadap kegiatan belajar secara mandiri.

Manusia sekarang berada di era yang telah melampaui modern yaitu postmodern. Informasi menjadi suatu hal yang bersifat tak terbatas. Informasi mengenai cara untuk membuat belajar menjadi menyenangkanpun sudah tersedia dalam berbagai konten di sosial media. Salah satu cara yang menjadi trend di kalangan anak muda adalah konsep romantisasi.

Kalimat-kalimat seperti ”Romanticize your life” atau ”Romanticizing studying” menjadi template judul yang sering digunakan pada konten-konten di sosial media. Biasanya isi kontennya mencakup bagaimana seseorang berusaha menikmati dan mensyukuri kehidupannya sebagai sosok main character yang kerap menghiasi rangkaian kegiatan sehari-harinya dengan balutan estetika yang memanjakan mata.

Secara garis besar, meromantisasi sesuatu berarti mengesampingkan hal kompleks dalam pikiran dengan menaruh fokus pada sudut kecil kehidupan yang disertai dengan cara-cara tertentu untuk mengapresiasi keindahan. Mengesampingkan hal kompleks di sini memiliki maksud untuk hanya fokus pada apa yang sedang dilakukan saja.

Penerapan romantisasi dalam pembelajaran dapat dimulai dengan mengubah mindset yang sebelumnya pesimis menjadi optimis. Ketika mempersiapkan pikiran untuk belajar, individu dapat berimajinasi seluas mungkin untuk memposisikan dirinya pada ambience atau suasana tertentu. Musik menjadi hal esensial dalam mendukung terbentuknya ambience tersebut.

Walaupun tidak semua orang memiliki tipe gaya belajar auditori, hal ini tetap patut untuk dicoba. Pilihlah musik yang tidak mengandung lirik lagu di dalamnya. Seseorang justru akan menjadi tidak fokus ketika mendengar sebuah lagu dengan lirik yang ia pahami dan ia hafalkan. Terlebih pula ketika lagu yang ia pilih adalah lagu galau brutal. Maka dari itu ketika belajar lebih disarankan untuk mendengarkan musik seperti Lo-Fi.

Lo-Fi sendiri merupakan musik gabungan dari genre Jazz dan Hip Hop. Pada platform YouTube maupun Spotify sudah disuguhkan berbagai jenis Lo-Fi dengan vibe yang berbeda-beda. Individu dapat menyesuaikan suasana yang diinginkan dengan pilihan jenis Lo-Fi yang ada.

Tidak hanya sekedar suasana saja, bahkan melalui musik individu juga dapat memposisikan dirinya sebagai seorang main character pada film tertentu. Nah, jika individu masih merasa terganggu dengan jenis musik seperti Lo-Fi mungkin individu dapat menggantinya dengan suara-suara seperti rintikan hujan atau suara sungai yang mengalir.

Mendengarkan suara-suara alam seperti itu nyatanya mampu menenangkan pikiran dan merilekskan badan. Cobalah untuk mengunduh aplikasi bernama ”Atmosphere”. Aplikasi tersebut telah menyediakan berbagai macam suara baik suara sungai maupun jangkrik di pedesaan hingga suara keramaian di kota.

Dandy Dharmawan

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo