Cuaca Panas di Bandung Membuat Warga Menjadi Waspada | Isbroad - Memberi Wawasan Memajukan Peradaban

Cuaca Panas di Bandung Membuat Warga Menjadi Waspada

Pada beberapa hari belakangan, suhu udara terasa jauh lebih panas daripada bulan-bulan yang lalu. Kondisi ini terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

Isbroad.com, Bandung – Pada beberapa hari belakangan, suhu udara terasa jauh lebih panas daripada bulan-bulan yang lalu. Kondisi ini terjadi di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya yaitu di Kota Bandung. Sering disebut sebagai kota yang sejuk, tetapi masyarakat di Kota Bandung sekarang merasakan panas yang sangat berbeda.

Merujuk pada prakiraan cuaca yang ada di situs Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, suhu udara di Kota Bandung pada Rabu (11/10) siang pukul 12.00 tercatat berada di angka 34 derajat Celcius. Angka yang jelas sangat menusuk bagi masyarakat Kota Bandung yang biasa merasakan angin sepoi-sepoi.

Salah seorang warga bernama Fariz (21) mengatakan, sudah beberapa hari ini cuaca panas terasa sangat ekstrem di Bandung. "Panasnya kacau banget, gak kayak biasanya," ucap Fariz saat ditemui di sekitar kampus 2 Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Karena kondisi panas yang terlalu ekstrem itu, kemudian memaksa Fariz harus menjaga diri dari panas matahari. Jaket atau baju lengan panjang menjadi hal yang harus digunakan ketika melakukan aktivitas di luar ruangan.

Tidak hanya jaket, tabir surya juga jadi pelindung bagi masyarakat yang diharuskan keluar ruangan untuk melakukan aktivitas di tengah teriknya matahari. Hal itu dilakukan Fauzi (22) warga lainnya. "Emang cuaca lagi panas banget, makanya saya pake sunblock (tabir surya) kalau ke mana-kemana," pungkasnya.

Suhu panas yang terjadi di Bandung memang terjadi karena adanya pengaruh dari berbagai fenomena alam. Salah satunya fenomena alam yang membuat teriknya cuaca di Bandung yaitu fenomena El Nino.

Dilansir dari detikJabar, Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Teguh Rahayu mengatakan, El Nino dan IOD positif membuat musim kemarau tahun ini menjadi jauh lebih kering dari kondisi klimatologisnya. Kondisi ini juga ditandai dengan kondisi awan yang relatif lebih sedikit daripada biasanya.

"Dengan kondisi itu maka permukaan bumi pada siang hari menjadi lebih panas, karena tidak ada penyerapan yang sempurna maupun proses pemantulan sinar gelombang yang dipancarkan oleh matahari," ujar Teguh.

Menurut Teguh dalam detikJabar, kondisi panas di permukaan bumi mengakibatkan terjadinya perbedaan tekanan di antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Sehingga dapat terjadi perbedaan suhu di berbagai daerah.

"Panas terik pada siang hari dan angin kencang pada siang hingga sore hari merupakan kondisi cuaca yang umum terjadi di musim kemarau. Masyarakat tidak perlu panik, namun mempersiapkan diri untuk mengurangi risiko bencana, seperti menggunakan tabir surya jika pergi berkegiatan di luar ruangan pada siang hari," pungkas Teguh dalam detikJabar.
 
Reporter: Hamka Elgifari

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo